Counter Powered by  RedCounter

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

Sabtu, 29 Mei 2010

DAMPAK KESEHATAN ROKOK Traditional

Orang Tak Peduli Bahaya Rokok
Jumat, 10 Juli 2009 | 09:09 WIB
http://koran.kompas.com/read/xml/200...i.bahaya.rokok
Syamsuir, warga Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, kini tak bisa bicara lagi. Pasalnya, ia pernah terkena kanker pita suara. Sebabnya? Tak lain karena dia perokok berat selama 30 tahun. Satu hari tiga bungkus rokok ia sulut.
yamsuir bekerja sebagai tukang reparasi jam. Penghasilannya tak seberapa. Jadi, untuk kebiasaan merokok ia nyaris menghabiskan sebagian besar penghasilannya. Akibatnya? Di lehernya kini terdapat lubang besar bekas operasi yang pernah dijalaninya. Dan, yang lebih ia sesali: suaranya pun menghilang.
Syamsuir adalah satu dari jutaan korban akibat merokok. Di Indonesia, 70 persen dari 60 juta perokok adalah mereka yang berasal dari golongan ekonomi menengah ke bawah. Artinya, sudah miskin, masih terjerat kebiasaan merokok yang menguras isi kantong.
Belum lagi sekitar 65,6 juta perempuan dan 43 juta anak- anak di Indonesia yang terpapar asap rokok. Mereka ini adalah perokok pasif dan rentan pula terkena bermacam penyakit akibat rokok, yakni bronkitis, paru- paru, kanker usus, kanker hati, stroke, dan berbagai penyakit lain.
Setiap tahun sekitar 200.000 kematian di Indonesia diakibatkan kebiasaan merokok. Sebanyak 25.000 korban adalah perokok pasif.
WHO melaporkan tembakau membunuh 100 juta jiwa pada abad ke-20 dan diperkirakan akan membunuh 1 miliar orang pada abad ini. Di Indonesia sendiri, tembakau membunuh 427.948 ji wa pada tahun 2001 atau sebanyak 1.172 jiwa setiap harinya (Soewarta Kosen, 2004).
Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2003-2005 membuktikan, konsumsi rumah tangga miskin untuk tembakau menduduki rating kedua (12,43 persen), setelah konsumsi padi-padian (19,30 persen). Jadi, untuk keperluan tembakau keluarga miskin mengalokasikan 15 kali lipat dari keperluan daging (0,85 persen), 5 kali lipat dari keperluan susu dan telur (2,34 persen), 8 kali lipat dari keperluan pendidikan (1,47 persen), dan 6 kali lipat dari keperluan kesehatan (1,99 persen).
Peneliti senior Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Sri Moertiningsih Adioetomo, pernah menyatakan, dari sebuah studi ditemukan bahwa biaya rawat inap pengidap penyakit akibat merokok mencapai Rp 2,9 triliun per tahun.
Indonesia memang hebat dalam hal konsumsi rokok. Bayangkan, kini Indonesia menduduki posisi ketiga di dunia setelah China dan India untuk urusan konsumsi rokok. Pemerintah Indonesia dinilai tidak memiliki kemauan politik untuk menangani persoalan rokok secara serius.
Bayangkan saja Road Map Industri Rokok justru menargetkan penambahan konsumsi rokok. Pada tahun 2005 konsumsi rokok di Indonesia mencapai 220 miliar batang rokok. Pada Road Map Industri Rokok tahun 2015 ditargetkan konsumsi rokok meningkat menjadi 260 miliar batang.
Target 10 tahun meningkat 40 miliar batang. Sebanyak 40 miliar batang rokok dikonsumsi 10 juta perokok. Artinya, dalam 10 tahun direkrut 10 juta perokok baru. Bisa dikatakan dalam satu tahun ditarget 1 juta perokok baru atau 249 perokok baru per hari, kata Setyo Budiantoro dari Tobacco Control Support Center Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC-IAKMI).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us :

PD. Saudara Jaya
Nama Anda
E-mail
Judul
Pesan
Image Verification
captcha
Please enter the text from the image: [ Refresh Image ] [ What's This? ]
Powered byEMF HTML Form

PASANG IKLAN GRATIS..... !!!


Iklan
Kategori Iklan
Judul Iklan
Isi Iklan
Gambar
Website
Email
Contact Person
Alamat
Image Verification
captcha
Please enter the text from the image:
[ Refresh Image ] [ What's This? ]

Powered byEMF Email Form